Kamis, 14 Januari 2010

Alam Takambang Jadikan Guru


Kemarin jam 15:12

Pagi ini saya niat mau bikin "minyak batanak" (minyak yang dihasilkan dari pemanasan santan kelapa, kalau orang Jawa biasanya menyebutnya dengan "minyak lentik"). Bagi kami orang Minangkabau khususnya kampung saya "Silungkang" minyak ini digunakan sebagai teman makan "sambal Lado atau Dendeng Batokok", rasanya gurih dan baunya harum pasti menambah nafsu makan.

Supaya praktis saya beli santan yang sudah diperas di pasar, kebetulan ada tetangga yang tiap hari belanja ke pasar tradisional karena dia punya warung makan, saya titip beli 1kg santan kelapa dengannya. Santan ini benar-benar murni sari kelapa karena tak dicampur dengan setetes airpun. Saya pikir kalau saya panaskan santan murni pasti akan cepat prosesnya dalam menghasilkan minyak. Setelah kurang lebih 2 jam saya memanaskan di atas kompor dengan api yang kecil, ternyata minyaknya tak muncul-muncul. Saya bingung "kok bisa begini ya"? Santannya bertambah kental tapi tak ada minyak menggenang seperti biasanya kalau saya bikin dari parutan kelapa yang saya peras sendiri.

Karena sudah cukup lama, saya berinisiatif menambah kurang lebih 1,5 liter air panas ke jerangan santan tersebut. Saya pikir tidak ada salahnya saya coba, siapa tahu dengan ditambah air minyak kelapa yang tersembunyi dalam gumpal-gumpalan santan murni tersebut melarut dalam air yang saya tuangkan.

Wah, percobaan saya berhasil, tak berapa lama setelah air dituang telah terlihat minyak mulai muncul.

Saya gembira karena capek saya terobati dengan hasil yang saya dapatkan. Dari kejadian sederhana ini saya mendapatkan beberapa kesimpulan dan pelajaran :

1. Santan murni walaupun kandungannya minyak banyak takkan bisa diolah jadi minyak tanpa terlebih dulu dicampur air.

2. Bila santan murni diibaratkan orang-orang pintar atau cerdik pandai, tak ada arti kepandaian mereka bila mereka 'eksklusif' dan tak bergaul dengan orang-orang yang lebih bodoh.

3. Bercampur baur dan bergaul dengan segala jenis dan tingkat kehidupan merupakan fitrah alam, dengan percampuran dan pergaulan itulah sesuatu yang lebih baik, lebih bermamfaat akan muncul.

4. Berterimakasihlah dengan orang yang lebih rendah atau lebih tinggi dari kita, tanpa mereka eksistensi kitapun tidak akan ada.

Sekian pelajaran yang saya peroleh hari ini, semoga saya dapat memetik hikmahnya dan bermamfaat bagi yang kebetulan membaca catatan ini.

Tangerang, 6 Januari 2010

Tidak ada komentar: