Sabtu, 16 Januari 2010

Rindu Troroar

foto : koleksi Swary Utami Dewi (Sudewi 2000.wordpress.com)

Hampir 26 tahun saya tinggal di Jabotabek ini, banyak perubahan telah saya saksikan. Tapi banyak keadaan yang menganjal di hati tak tahu pada siapa akan dicurahkan. Kota ini berkembang sangat pesat terutama dari jumlah penduduknya. Sayapun menyadari bahwa saya dan keluarga termasuk orang-orang yang menyesaki kota ini. Pemimpin telah silih berganti, mulai dari pejabat pada tatanan kekuasaan paling rendah sampai yang paling tinggi, tapi satu hal yang tak berubah adalah bahwa pembangunan kota selalu terkesan tanpa rencana. Lihatlah banyak sekali tumbuh daerah pemukiman baru dengan fasilitas seadanya, banyak jalan - jalan tikus yang menghubungkan satu wilayah dengan yang lain tapi terkesan kumuh, tanpa saluran pembuangan yang memadai, sehingga kalau musim penghujan banjir dan pada musim kemarau berdebu sekali.

Terkadang timbul keputusasaan ketika mau menerapkan slogan hidup sehat yaitu "berjalan kaki" yang sering dikoar-koarkan pejabat pemerintah, karena tak ada jalan yang aman dari serudukan motor atau mobil yang juga berjalan tidak tertib.

Sebetul apanya yang salah ya? Kalau ada kritikan kepada pemerintah tentang mengapa tidak ada fasilitas umum seperti itu jawaban klasik mereka adalah "kekurangan dana". Berapa sih dana yang diperlukan? Sementara untuk menyelamatkan sebuah bank buruk saja bisa menggelontorkan dana triliyunan tapi untuk kepentingan rakyat (juga kepentingan mereka ) selalu berkelit tak punya uang.

Yang aneh lagi adalah apabila lokasi-lokasi tertentu, misalnya di seputar perumahan ada masyarakat membuka toko atau usaha, bisa dipastikan suatu saat akan digusur. Padahal kalau berpikir dengan nalar yang lebih sehat bukankah itu akan mengurangi beban pemerintah, karena masyarakat sendiri telah berusaha memamfaatkan lahan yang ada untuk menghasilkan uang yang otomatis mengurangi beban keuangan negara. Bukankah pemerintah seharusnya menjadi fasilitator untuk sesuatu yang baik. Seandainya sepanjang jalan dalam sebuah kompleks perumahan dijadikan toko tidak akan menimbulkan masalah apabila pemerintah setempat atau yang pejabat lebih tinggi meminta atau membantu masyarakat membangun trotoar dan mengatur tata letak pertokoan tersebut menjadi indah dan teratur ( seperti yang saya saksikan dilayar TV betapa indahnya pertokoan di negara- negara maju yang tersusun rapi)

Saya rindu bila pejabat yang tengah berkuasa turun kejalan, ke wilayah yang dikuasainya dan memikirkan bagaimana menciptakan lingkungan yang indah dan nyaman untuk semua orang.
Saya rindu suatu saat saya akan melihat jalan-jalan dimanapun rapi tak ada lagi sampah berserakan. Saya rindu suatu saat nanti semua jalan di lingkungan kita akan terlihat indah seperti jalan-jalan yang ada di Eropah yang baru bisa saya saksikan melalui kartu pos atau gambar-gambar kalender.



Tapi saya tidak boleh berputus asa, mudah-mudahan saya masih bisa melihat perubahan yang baik di semua lingkungan kita. Barangkali yang dulu atau sekarang menjabat sebagai penguasa belum mendapat hidayah bahwa mereka berkuasa bukan untuk memperkaya diri sendiri tapi untuk memperbaiki keadaan sekitarnya.

Tangerang, 16 Januari 2010

Tidak ada komentar: