Jumat, 18 Juni 2010

Dagang Keliling Pakai Motor itu “RUGI”

“Tahu.... tahu.......tahu” kata si Abang meneriakan dagangannya, aku masih di kamar mandi, bergegas kukeluar...”bang....bang ....tahu bang” paggilku dari dalam. Suaraku tertelan deru mesin motor yang dihidupkannya. Sampai ke halaman rumah si Abang telah jauh teriakanku tak lagi bisa terdengar olehnya. “Huuu” .... sesalku. Tak sekali dua aku kecewa seperti pagi ini. Semenjak abang-abang dan mbak-mbak pedagang keliling mengganti moda transportasinya dari kaki dan sepeda ke ke sepeda motor sering aku harus kecewa dan terpaksa membuang waktu dan tenaga pergi ke pasar atau tukang sayur yang mangkal jauh dari rumahku.

Kecanggihan alat transportasi tidak selalu berbanding lurus dengan keuntungan yang diperoleh oleh si pedagang bila mereka mengkalkulasikan biaya secara lebih cermat seperti berikut:

- Ada biaya bensin yang harus dikeluarkan apalagi suatu saat tak ada subsidi negara, walau wilayah yang terjangkau lebih luas dibanding jalan kaki/sepeda.

- Biaya kesehatan mungkin lebih besar karena dengan bersepeda motor tidak ada lagi unsur olahraga seperti mengayuh sepeda atau berjalan kaki sehingga penyakit diabetes atau jantung lebih gampang menyerang pedagang.

- Kedekatan dengan pelanggan berkurang seperti yang saya alami pagi ini.

- Pikiran untuk melunasi cicilan motor tiap bulan akan menyita energi dan fokus perhatian lebih besar dari konsentrasi pada dagangannya sendiri.

Itu sebagian kecil kerugian yang tampak olehku yang mungkin dialami para pedagang keliling tersebut. Barangkali anda akan berkomentar bahwa ini hanya karena efek kekecewaan saya saja. Tidak, masalah ini sudah lama saya amati. Setahun lalu ketika seorang pedagang lamang tapai (penganan khas Sumatera Barat) keliling di kompleks kami banyak memiliki pelanggan tapi sejak dia berganti pakai motor saya lihat dagangannya tidak begitu laris lagi, karena banyak warga memendam kesal setiap mereka berhajat membeli sering tak kesampaian karena si ibu telah jauh dari jangkauan pembelinya.

Jalan keluar dari masalah ini adalah si pedagang harus agak lebih sabar berhenti menunggu pembelinya keluar dari rumah dan jangan menjalankan motornya dalam kecepatan tinggi bila telah memasuki wilayah pelangannya.

Walaupun saya yakin kompasioner yang membaca tulisan saya ini tidak ada yang berprofesi sebagai pedagang kelililing tapi saya rasa tulisan ini tetap memiliki mamfaat bila pembaca menyampaikan kepada para pedagang di sekitar lingkungan mereka. Tentu secara tidak langsung akan bersumbangsih dalam peningkatan perekonomian masyarakat kecil.

Tangerang, 10 Juni 2010

2 komentar:

Dwi mengatakan...

I agree with you, waiting next information.

Madhek.com | Kesehatan Keluarga | Seputar IT

Ande_tercinta mengatakan...

Makasih Dwi apresiasinya