Senin, 01 Februari 2010

INDONESIA ITU MASIH ADA



Pagi ini di Kabar Pagi TV One ada siaran langsung tentang pengumpulan koin untuk Bilqis. Bilqis Anindya Passa bayi usia 17 bulan ini mengidap penyakit dimana saluran empedu tidak terbentuk atau tidak berkembang secara normal (Atresia Bilier). Dalam usaha orang tuanya untuk memperpanjang usia dan melepaskan penderitaannya maka hatinya perlu ditransplantasi. Dan biaya yang dibutuhkan untuk operasi itu lebih kurang 1milyar Rupiah. Untuk itulah mereka tampil ditelevisi menghimbau warga yang peduli untuk mengumpulkan dana seperti ketika bangsa Indonesia ramai-ramai mengumpulkan koin untuk menolong Ibu Prita lepas dari jerat hukum perdata yang zalim. Melihat penderitaan yang harus dialaminya saya sangat terharu dan membuat saya harus tambah bersyukur pada Allah bahwa penyakit yang saya derita tidak lah separah dia. Apalagi usianya yang masih sangat muda. Dia harus tetap hidup dia adalah generasi penerus kita. Kalau saya yang hampir separuh abad menikmati kesehatan yang dikarunia Allah merasa menderita karena sedikit cobaan penyakit apalagi dia yang masih sangat muda belum bisa berkeluh kesah membagi penderitaannya pada orang lain. Maka adalah haknya untuk menikmati hidup sehat dan meneruskan kehidupan yang bahagia.

Tidak membutuhkan waktu yang lama ternyata bantuan yang diharapkan langsung berdatangan. Duaratus juta rupiah secara langsung diberikan Bapak Yusuf Hamka. Dana itu adalah sumbangan masyarakat keturunan Tionghoa Peduli Bangsa. Dari acara yang saya tonton dan juga dari beberapa acara serupa saya merasa sedikit lega dan optimis ternyata Indonesia itu masih ada. Banyak warga bangsa ini yang berperilaku korup dan bertingkah busuk tapi saya yakin masih lebih banyak warga bangsa yang baik dan peduli. Sifat gotong royong kita mudah tergugah bila melihat penderitaan warga yang lain. Hanya saja karena yang sering diudarakan media adalah berita-berita yang buruk jadi sifat baik tersebut tertutup oleh berita yang buruk-buruk itu.

Saya membayangkan alangkah lebih baik para kru televisi membuat acara yang menggugah tumbuhnya kembali sikap-sikap baik pemirsa. Kurangi acara-acara yang mempertontonkan keburukan yang akan mudah ditiru secara tidak sadar atau malah menjadikan acara itu sebagai pembenar prilaku yang menyimpang.

Di TV One (tayangan tanggal 10 Januari 2010) juga pernah saya menonton acara tatap muka dengan DIRUT baru PLN seorang pemilik jaringan media Jawa Pos yang kaya raya Dahlan Iskan. Dia mengaku mau menerima tugas sebagai Dirut PLN karena dia pernah bernazar apabila operasi transplantasi hatinya di negeri Cina berhasil menyembuhkan penyakit yang dideritanya dia akan melanjutkan hidupnya untuk beramal bagi kepentingan orang banyak. Ternyata operasinya berhasil dan Allah memberinya kesempatan hidup. Sekarang di umur biologisnya 58tahun dia memiliki hati seorang pria muda berusia 23 tahun. Ditinggalkannya seluruh kegiatannya mencari uang. Dia merasa kekayaan yang dimilikinya telah mencukupi sampai anak dan cucunya. Selanjutnya dia akan mengabdi untuk kepentingan umum tanpa berharap imbalan apapun. Sehingga dia tidak peduli berapa pendapatan yang akan diterimanya ketika dia menerima tawaran menjadi DIRUT PLN.

Namun dari keseluruhan acara tatap muka dangan Bapak Dahlan Iskan yang menarik sekaligus mengagetkan saya adalah kenyataan bahwa hanya ada satu trafo bekas yang telah diperbaiki untuk membackup seluruh travo yang ada di negara ini. Nauzubillah min zalik apa jadinya bila ada beberapa trafo rusak sekaligus tentu seluruh negara kita akan bergelap- gelap ria. Kemana saja uang rakyat yang selama ini telah disumbangkan kepada PLN agar ‘Perusahaan Surya Negara’ itu tetap hidup dan menghidupi anak-anak bangsa, kemana???? Bapak Dahlan Iskan saja yang pernah menjadikan perusahaan medianya bisa mendulang kekayaan berlimpah menyerah pada takdir karena merasa tak berdaya untuk menyediakan listrik yang konsisten untuk kita walaupun dia berjanji tetap berusaha sebisanya. Karena menurutnya setelah kesana kemari berusaha dia merasa terbentur dinding tebal permasalahan yaitu kebijakan masa sebelumnya dari sektor-sektor pemerintahan yang lain yang tidak mendukung upaya PLN menyediakan listrik murah bagi rakyat. Dia kebingungan untuk mendapatkan energi murah untuk menyokong alat pembangkit listrik karena hasil tambang negara seperti gas dan batubara telah dijual kenegara lain dengan kontrak jangka panjang yang mustahil untuk dibatalkan. Mendengar kenyataan itu saya hanya bisa menarik nafas panjang dan bertanya dalam hati kapan pemimpin-pemimpin bangsa ini akan sadar kewajibannya jangan hanya ngomong atas nama rakyat saja. Mereka duduk bersama dalan sidang kabinet tapi apa yang dibicarakan? Lintas sektoral? Apa buktinya PLN saja kesulitan mendapat pasokan energi untuk pembangkit tenaga listriknya.

Membaca tulisan saya ini tentu membingungkan pembaca mengapa dua topik acara televisi berbeda ditulis dalam satu halaman cerita. Bukan pikiran saya meloncat-loncat kawan atau saya ingin membingungkan kawan-kawan tapi saya rasa kedua hal ini bisa kita rangkai sehingga kita bisa kembali bersemangat menyatakan bahwa indonesia itu masih ada.

Pada acara TV One pertama yang saya tulis adalah Bilqis si gadis kecil penderita kerusakan hati yang kedua cerita Direktur baru PLN Bapak Dahlan Iskan yang telah mengganti hatinya dengan hati seseorang dewasa muda 23 tahun dari negeri Cina. Dimana kaitannya ? Begini saya saksikan hanya dengan sedikit sentuhan dari gambar penderitaan hidup Bilqis ternyata langsung menggugah kebersamaan warga. Sehingga dengan cepat terkumpul dana jutaan rupiah untuk menolong si gadis kecil itu mengurangi penderitaan dan memperpanjang hidupnya. Rasa gotong royong masyarakat kita masih besar dan kuat. Dengan sikap gotong royong itu (dan jangan peduli dengan para koruptor yang telah merampok hak-hak kita) marilah kita bantu PLN seribu rupiah perorang untuk membeli trafo-trafo yang diperlukan untuk membackup sistem yang telah usang dan perlu diganti. Kita bantu Bapak Dahlan Iskan memajukan ‘Perusahaan Lampu Negara’ itu agar hidup kita terang benderang tanpa perlu menaikan tarif dasar listrik segala. Kata beliau satu trafo harganya bisa USD 20 juta atau sekitar Rp 200 miliar. Kalau 200juta penduduk Indonesia memberi seribu rupiah kan dana terkumpul rasanya cukup membantu malah mungkin berlebih (saya malas menghitung tolong kawan-kawan saja yang menghitungnya ya). Kita berharap uang yang dikumpulkan tidak akan didigit oleh tikus-tikus rakus yang mungkin sedang menunggu mangsa. Kita berharap kepada bapak Dahlan Iskan yang berumur 58 tahun sebuah usia yang matang dan penuh kebijaksanaan dan memiliki hati 23 tahun hati seorang muda yang penuh semangat untuk terus berkarya dan tidak cepat putus asa melihat tantangan yang amat berat di depan matanya. Mari kita tolong beliau dangan mengumpulkan uang beramai-ramai. Saya percaya pada komitmen beliau untuk memajukan PLN.

Dengan gotongroyong yang dimiliki warga bangsa dan sifat mudah iba atas penderitaan orang lain saya yakin Indonesia itu Masih Ada. Kita masih bisa berharap. Lupakan dan jangan acuhkan Koruptor dan pencoleng. Mari kita himbau seluruh media di Indonesia untuk mengucilkan mereka dari pemberitaaan jangan menyiarkan mereka seperti para selebriti di media massa. Rasanya cara ini akan lebih ampuh dari pada penjara karena penjara terbukti bisa mereka beli pula.

Indonesia itu masih ada mari tetap optimis MERDEKA!!!!!!!!!!!!!!!

Tangerang, 1 Februari 2010

Tidak ada komentar: