Rabu, 14 April 2010

KETIKA INGIN MASUK SURGA SENDIRIAN, MASUK NERAKA RAMAI-RAMAI

Hampir dua tahun ini kita selalu disuguhkan berita simpang siur kasus-kasus korupsi Kolusi Nepotisme dan kerusakan budi pekerti di seluruh lapisan masyarakat. Terakhir heboh soal penggelapan dan korupsi uang pajak oleh seorang pegawai muda di direktorat Pajak. Seorang yang baru berkarya lima tahun di kantor bendahara negara itu bisa mengumpulkan uang lebih 25 milyar yang bagi pegawai lain mungkin tak akan terkumpul seandainya mereka tetap kerja sampai akhir hayatnya. Hal ini telah mengait banyak nama yang seharusnya bisa kita hormati karena tugas mulia yang diembannya. Tapi sayang kedudukan yang tinggi tidak seiring dengan peningkatan budi pekertinya, ketamakan dan kerakusan akhirnya membunuh jiwa mereka perlahan-lahan.
Perbuatan pegawai pajak golongan 3A itu turut mencoreng nama pegawai lain yang merasa tidak bersalah. Mereka yang merasa bersih itu mulai mengekspresikan keluh kesah karena masyarakat menyamakan mereka dengan pegawai yang ketahuan maling itu. Bacalah komentar & keluhan seorang pegawai pajak di situs www.kompasiana.com yang menyatakan bahwa banyak pegawai pajak yang hidup “pas-pasan” tidak seperti Gayus Halomoan Tambunan yang telah menjadi tersangka itu.
Mengapa orang – orang tertentu begitu beraninya melakukan kecurangan dan ketidakjujuran? Apakah orang-orang disekelilingnya begitu buta? Mengapa setelah satu kasus terkuak di media massa (membuat masyarakat gerah sehingga akhirnya menggeneralisasikan bahwa kelakuan semua pekerja di instansi itu sama busuknya) barulah mereka yang merasa bersih mengeluh atas penghukuman orang kebanyakan itu?
Suatu hari saya pernah bertanya pada seorang relasi yang bekerja di perusahaan media massa. Apakah dia tahu dan atau pernah membaca peraturan perusahaannya dan apakah dia tahu perusahaannya membayar pajak kepada negara. Sambil tersenyum “nyegir” dia menyahut :”iya belum pernah membaca peraturan secara utuh, kalau soal pajak aku ragu kayaknya gak tuh karena kata bos perusahaan masih terus dalam tahap investasi.”
Dua fenomena di atas. Pertama pegawai pajak yang merasa bersih berkeluh kesah dan kedua wartawan di sebuah perusahaan media massa yang belum membaca peraturan perusahaan dan ragu apakah kantor tempatnya bekerja (yang telah bertahun-tahun dan tetap eksis menyiarkan berita) membayar pajak adalah kejadian lumrah di negeri ini.
Bisa diasumsikan bahwa pegawai dan para karyawan yang telah bekerja bertahun-tahun pada satu perusahaan atau instansi pemerintah tentu mengetahui praktek curang rekan kerja atau bahkan perusahaannya sendiri. Namun mereka tidak mau menegur bahkan pura-pura tidak tahu. Prinsipnya adalah yang penting saya bersih dan tidak ikut melakukan keburukan itu. Paling sesama yang bersih itu saling bergosip tapi tidak berusaha bersatu menunjukan kekuatan untuk menghancurkan kejahatan. Sebaliknya yang berprilaku buruk akan berusaha dengan cara apapun mempengaruhi mereka yang tidak ikut untuk mencicipi madu kecurangan itu dengan alasan bila ketahuan dia tidak celaka sendirian.
Seharusnya para pegawai pajak yang merasa bersih tidak berkeluh kesah sekarang setelah semua orang mencap mereka sebagai “koruptor”. Ini adalah buah ketidakpedulian mereka karena mereka mungkin hanya ingin masuk surga sendiri. Mereka menakutkan masa depan tapi tidak berusaha mencari teman dan mengumpulkan kekuatan putih yang akan mengalahkan kemungkaran disekelilingnya. Mereka seolah menutup pancaindranya dari segala bentuk kejahatan disekelilingnya dengan alasan lain “kami tak berdaya”.
Kalau ingin berkaca dengan kehebatan pendiri negara Indonesia ini. Seharusnya generasi muda apalagi yang mulai memegang kunci-kunci penting di banyak istansi dan mereka yang tetap memegang komitmen untuk menjaga sumber nafkah yang bersih bersatu dan bersama-sama membasmi kejahatan. Jumlah pendiri negara tidaklah banyak tapi karena bersatu mereka mampu mengenyahkan kaum penjajah dari bumi Indonesia. Masak kita tidak bisa membasmi para koruptor dan pencoleng uang rakyat itu??! Percayalah walaupun jumlahnya lebih sedikit kebenaran pasti bisa mengalahkan keburukan.
Mulailah dengan membaca dan memahami peraturan perusahaan karena dari situlah sumber kehidupan anda, kemudian carilah teman yang seprinsip, tebarkan kebaikan dan jangan takut melawan kejahatan. Carilah dan ajaklah teman-teman untuk masuk surga, biar surga yang dijanjikan begitu indah itu sesak oleh manusia, bukan sebaliknya neraka yang mengerikan yang akan dimasuki berjubel-jubel untuk menemani setan dan iblis yang jahanam.

Tangerang, 2 April 2010

Tidak ada komentar: