Rabu, 12 Mei 2010

Si Kirik Kembali Beraksi.... “Pertanda Satu Jaman Lama Muncul?”




Seperti biasa yang ku nanti bila suami pulang dari tokonya setiap malam Senin adalah “Kompas Minggu”, artikel utama yang kubaca pasti berita selebriti bukan berita politik masalahnya kalau baca artikel atau berita jenis yang satu ini pasti “capek deh” dengan pernyataan politikus yang bohong melulu. Terus baru aku menengok kartun yang selalu bisa membuat aku mentertawakan diri sendiri.

Nah Mingu ini, 9 Mei 2010 ada sedikit yang agak aneh kulihat dari kartun Panji Koming milik pak Dwi Koen. Ada sesuatu yang sudah lama tidak muncul. Siapa itu? Ya tak lain tak bukan adalah si gukguk pak Dwi Koen yang suka menyalak dan menggigit pantat tokoh yang sedang digambarkan.

Penasaran apakah pengamatan aku salah, aku coba buka halaman Kompas seminggu sebelumnya ternyata memang benar “si Kirik “ tidak ada. Jadi observasiku tidak terlalu salah rupanya. Kenapa si Kirik muncul lagi ya?

Semasa jaman orde baru si Kirik selalu ada, kerjanya kalau tidak menggongong ya menggigit pantat tokoh-tokoh politik yang tengah diparodikan oleh kartun itu. Semua kita yang sudah melek politik masa itu tahu kalau mengkritik pemerintah secara langsung tentu konsekuensinya membahayakan diri sendiri atau keluarga. Setelah jaman reformasi bergulir barangkali pak Dwi Koen merasa gonggongan dan gigitan Kirik tidak terlalu diperlukan lagi karena semua orang telah bebas untuk menggonggongkan apa saja .

Seiring gejala perpolitikan yang mengharubirukan hati belakangan ini dimana suara-suara kebenaran sedikit demi sedikit mulai kembali ditenggelamkan oleh tokoh-tokoh penguasa jagat pewayangan seperti ditangkapnya “peniup peluit” Susno Duadji, perkara Bibit Chandra yang diangkat kembali, kasus Century yang tidak selesai, anggota DPR minta gedung baru ditengah kerontokan gedung-gedung sekolah, ibu Sri Mulyani yang “pindah” kerja ke negara orang menjadi “TKW” atau terpilihnya sekber Partai Koalisi pendukung pemerintah dll. Rupanya pak Dwi Koen merasa perlu melepaskan kembali Kirik kedunia pewayangan untuk menggigit pantat mereka yang tengah tertawa terkekeh karena merasa telah menang dan kembali berada di atas awan. Salakan dan gonggongan Pailul dan Panji Koming saja atau wejangan “guru” dirasakan sudah tidak mempan. Makanya gigi tajam dan salakan keras Kirik diberdayakan kembali.

Semoga saja munculnya Kirik bukan berarti kembalinya masa kegelapan yang akan mengalahkan secercah sinar terang dari singsingan matahari yang belum sepenggalan di negri kita tercinta ini.

Tangerang, 12 Mei 2010

Tidak ada komentar: