Selasa, 25 Mei 2010

Lahir Disambut Derai Tawa, Wafat Dilepas Tangis Duka Cita, Selamat Jalan Bu Ainun Habibie


Saya tidak tahu bagaimana sambutan ketika beliau dilahirkan, karena memang belum mencari informasi tentang hal tersebut. Tapi dari nama yang diberikan orang tuanya memberi kesan pasti kelahirannya menggembirakan keluarga yang menyambutnya. “Hasri Ainun” konon artinya “Yang Bermata Indah”.

Saat saya menulis ini berlangsung siaran langsung mengenai prosesi pemakamannya. Begitu banyak kesan baik yang ditinggalkan ibu negara ini. Mulai staf yang paling bawah sampai pejabat atau mantan pejabat tinggi semuanya memberikan kenangan bahwa beliau adalah seorang ibu yang “baik”. Yang paling mengesankan bahwa “ Ibu Ainun adalah istri yang setia, cerdas, santun, selalu mendukung suaminya tapi tidak ikut campur dalam tugas kenegaraan yang disandang suaminya”. Sesuatu yang sulit dilakoni oleh orang lain.

Dalam masa yang serba tidak punya contoh, masih terselip satu dua orang yang begitu mengagumkan perilakunya semasa hidupnya. Kita sangat memerlukan teladan ini. Sangat jarang kita melihat kisah cinta abadi seperti yang ditunjukkan pasangan Ibu Habibie dan Ibu Ainun ini. Seperti kisah romantis dalam novel percintaan bagaimana setianya seorang suami menunggu istrinya yang sedang menderita sakit sampai dua bulan tidak beranjak dari sisi istrinya, selalu menuntun istrinya shalat berjamaah bahkan telah meminta liang lahat yang berdampingan dengan istrinya. Sebuah kisah yang mengharukan ditengah maraknya kisah perselingkuhan dan ketidak setiaan pasangan suami istri, semoga ini akan menjadi ilham bagi semua pasangan suami istri (termasuk saya) diseluruh Indonesia, bagaimana kita akan mengurus negara dengan baik bila cinta dengan pasangan sendiri masih menjadi tanda tanya.

Kesederhanaan ibu Ainun direkam pula oleh kalangan bawah termasuk tukang jahit pakaiannya selama duapuluh tahun dan fotografer yang selalu mengiringi perjalanan keluarga beliau. Beliau seorang perempuan cerdas, taktis, leader yang disiplin, tegas, detail tapi tetap lembut dan santun.

Semoga ini sebuah bukti bahwa bila ada sembilan orang mengatakan almarhum/ah orang baik maka memang benarlah dia seorang yang baik. Tidak mungkin orang yang ditinggal merekayasa khabar kebaikannya karena bagaimanapun akan tercermin dari mimik muka orang yang sedang memberi kesaksian. Dan menurut saya semua orang yang memberi kesan tentang ibu Ainun adalah murni keluar dari kejujuran orang yang bersaksi.

Selamat jalan ibu Ainun semoga kami bisa mencontoh ketulusan, kesederhanaan, kesetiaan pada keluarga, ketabahan menghadapi penderitaan/penyakit dan kesosialan ibu. Semoga pula bahwa kepergiaan ibu yang membawa duka dihati banyak orang akan dibalas Allah dengan memberikan ibu tempat yang paling layak di sisiNya, amin.

Tangerang, 25 Mei 2010

Tidak ada komentar: